Sebagai sebuah replika negara, kehidupan politik Kerajaan Demak tak dapat dipisahkan dari kebijakan yang diambil oleh pemimpinnya. Kerajaan Demak mengalami pasang surut kondisi perpolitikan yang diakibatkan berbagai faktor, salah satunya perebutan kekuasaan. Berikut ringkasan kehidupan perpolitikan Kerajaan Demak dan kondisi pemerintahan selama beberapa masa yang dikutip dari cosmogirl.co.id.
Kondisi Pemerintahan dan Kehidupan Politik Kerajaan Demak
1. Kehidupan Politik Saat Pemerintahan Raden Patah
Kerajaan Demak dipimpin oleh raja pertama bernama Raden Patah yang masih keturunan raja terakhir Majapahit. Kehidupan perpolitikan berhubungan dengan beberapa wilayah di Jawa Timur yang ditaklukkan untuk menjadi bagian kerajaan. Raden Patah menerapkan kebijakan yang luwes namun tegas dalam pengaturan kehidupan Kerajaan.
2. Penyerangan ke Luar Daerah dan Ekspansi
Setelah Raden Patah, Kerajaan Demak dipimpin oleh penerusnya, Pati Unus. Semasa pemerintahan ini, kerajaan banyak fokus untuk perluasan area kekuasaan. Penyerangan ke Malaka dipimpin langsung oleh Pati Unus dalam dua periode. Pati Unus kemudian dikenal sebagai Pangeran Sabrang Lor karena sering melakukan ekspansi ke wilayah utara.
Kondisi pemerintahan yang cukup menonjol semasa Pati Unus berkuasa adalah peranan Wali Songo dalam memperluas persebaran agama Islam di Tanah Jawa. Wali Songo menerapkan konsep teokrasi dengan berlandaskan pada ajaran Islam dan akulturasi budaya ketika berinteraksi dengan masyarakat, sehingga lebih mudah diterima. Eksistensi Kerajaan Demak pun lebih disambut ramah oleh masyarakat.
3. Perebutan Tahta
Kehidupan politik Kerajaan Demak tak lepas dari perebutan tahta antara keturunan setelah Pati Unus. Permasalahan berawal ketika Pati Unus tidak mempunyai penerus ‘resmi’ untuk melanjutkan tahta, sehingga sepeninggal beliau kekuasaan dilanjutkan oleh adeknya, Sultan Trenggono, setelah terjadi perebutan kekuasaan dengan Sekar Seda Lepeh.
4. Menuju Masa Kejayaan
Menurut informasi padangeskpres.co.id, ketika Sultan Trenggono berkuasa, kemajuan perlahan diraih oleh Kerajaan Demak hingga menuju masa kejayaan. Perekonomian berkembang dan Kerajaan Demak pun menjadi kawasan pelabuhan yang selalu ramai. Komoditas ekspor meningkat, kemajuan dalam bidang kebudayaan semakin berkembang. Perluasan wilayah pun terus dilakukan.
5. Pergolakan Politik Saudara
Kemajuan yang dialami Kerajaan Demak ternyata tidak dapat menghindar dari pergolakan politik saudara. Apalagi sepeninggal Sultan Trenggono, perebutan kekuasaan terus berlanjut. Seiring berjalannya waktu, saling bunuh terjadi demi mendapatkan tahta yang berimbas pada lemahnya stabilitas kerajaan. Hal ini pun mendekatkan Kerajaan Demak pada keruntuhan.
6. Keruntuhan Kerajaan Demak
Arya Penangsang menjadi pemimpin terakhir sebelum Kerajaan Demak semakin terpuruk akibat konflik internal. Apalagi setelah penyerangan Hadiwijaya yang menyebabkan kematian Arya Penangsang, Kerajaan Demak dipindahkan ke Pajang. Kondisi politik kerajaan pun kacau dan berdampak pada keruntuhan.
Itulah kehidupan politik Kerajaan Demak selama beberapa dekade dengan pemimpin yang berbeda. Sebelumnya Kerajaan Demak menjadi bagian kekuasaan Kerajaan Majapahit, sehingga beberapa kebijakan publik yang diterapkan pada masa awal berdirinya masih terpengaruh situasi Majapahit. Namun, seiring berjalannya waktu Kerajaan Demak kian berdikari dengan pemerintahannya sendiri.